Budaya ,kreativitas dan inovasi
·
Budaya adalah suatu cara hidup yang
berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari
generasi ke generasi.Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan,
dan karya seni.
·
Kreativitas adalah kemampuan untuk
mengembangkan ide-ide baru dan cara-cara baru dalam pemecahan masalah dan
menemukan peluang (thinking new thing).
Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing).
Sedangkan inovasi adalah kemampuan untuk menerapkan kreativitas dalam rangka pemecahan masalah dan menemukan peluang (doing new thing).
·
Inovasi adalah melakukan proses pembaharuan
atau pemanfaatan atau pengembangan dengan menciptakan hal baru yang berbeda
dengan sebelumnya.
A.
PENGERTIAN DAN FUNGSI BUDAYA
ORGANISASI
Dalam kehidupan
masyarakat sehari-hari tidak terlepas dari ikatan budaya yang diciptakan.
Ikatan budaya tercipta oleh masyarakat yang bersangkutan, baik dalam keluarga,
organisasi, bisnis maupun bangsa. Budaya membedakan masyarakat satu dengan yang
lain dalam cara berinteraksi dan bertindak menyelesaikan suatu pekerjaan.
Budaya mengikat anggota kelompok masyarakat menjadi satu kesatuan pandangan
yang menciptakan keseragaman berperilaku atau bertindak. Seiring dengan
bergulirnya waktu, budaya pasti terbentuk dalam organisasi dan dapat pula
dirasakan manfaatnya dalam memberi kontribusi bagi efektivitas organisasi
secara keseluruhan.
Budaya organisasi
dapat mempengaruhi cara orang dalam berperilaku dan harus menjadi patokan dalam
setiap program pengembangan organisasi dan kebijakan yang diambil. Hal ini
terkait dengan bagaimana budaya itu mempengaruhi organisasi dan bagaimana
suatu budaya itu dapat dikelola oleh organisasi. Berikut ini dikemukakan
beberapa pengertian budaya organisasi menurut beberapa ahli :
a.
Menurut Wood, Wallace, Zeffane, Schermerhorn, Hunt, Osborn (2001:391), budaya
organisasi adalah sistem yang dipercayai dan nilai yang dikembangkan oleh
organisasi dimana hal itu menuntun perilaku dari anggota organisasi itu
sendiri.
b.
Menurut Tosi, Rizzo, Carroll seperti yang dikutip
oleh Munandar (2001:263), budaya organisasi adalah cara-cara berpikir,
berperasaan dan bereaksi berdasarkan pola-pola tertentu yang ada dalam
organisasi atau yang ada pada bagian-bagian organisasi.
c.
Menurut Robbins (1996:289), budaya organisasi adalah suatu persepsi bersama
yang dianut oleh anggota-anggota organisasi itu.
d.
Menurut Schein (1992:12), budaya organisasi adalah pola dasar yang diterima
oleh organisasi untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk karyawan yang
mampu beradaptasi dengan lingkungan dan mempersatukan anggota-anggota
organisasi. Untuk itu harus diajarkan kepada anggota termasuk anggota yang baru
sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji, berpikir dan merasakan masalah
yang dihadapi.
e.
Menurut Cushway dan Lodge (GE : 2000), budaya organisasi merupakan sistem nilai
organisasi dan akan mempengaruhi cara pekerjaan dilakukan dan cara para
karyawan berperilaku. Dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan budaya
organisasi dalam
penelitian ini adalah
sistem nilai organisasi yang dianut oleh anggota organisasi, yang kemudian
mempengaruhi cara bekerja dan berperilaku dari para anggota organisasi.
f.
Schein (1992) memandang budaya organisasi sebagai suatu pola asumsi-asumsi
mendasar yang dipahami bersama dalam sebuah organisasi terutama dalam
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi. Pola-pola tersebut menjadi sesuatu
yang pasti dan disosialisasikan kepada anggota-anggota baru dalam organisasi.
Lebih jauh lagi Schein menggambarkan adanya tiga tingkatan atau lapisan budaya
organisasi, yaitu :
1.
Artifak (Artifacts)
Artifak merupakan
tingkat budaya yang tampak dipermukaan. Termasuk dalam artifak adalah semua
fenomena yang dapat dilihat, didengar dan dirasakan Ketika seseorang memasuki
sebuah kelompok dengan budaya yang masin asing baginya. Termasuk dalam artifak
juga adalah produk yang tampak (visible products) dari organisasi seperti
rancangan lingkungan fisik, bahasa, teknologi, produk, kreasi artistik, gaya
dalam berbusana, pengungkapan emosi, mitos dan cerita tentang organisasi,
nilai-nilai organisasi yang dipublikasikan, ritual, perayaan-perayaan.
2.
Nilai-nilai yang diyakini (expoused values)
Dalam organisasi
terdapat nilai-nilai tertentu yang umumnya dicanangkan oleh tokoh-tokoh seperti
pendiri dan pemimpinnya, yang menjadi pegangan dalam menekankan ketidakpastian
pada bidang-bidang yang kritis. Nilai-nilai itu menjadi sesuatu yang tidak lagi
didiskusikan dan didukung oleh perangkat keyakinan, norma serta aturan-aturan
operasional mengenai perilaku dalam organisasi Hal-hal tersebut membentuk suatu
kesadaran dan secara eksplisit diucapkan serta dilakukan karena telah berfungsi
sebagai norma atau moral yang memandu anggota organisasi dalam menghadapi
situasi tertentu dan melatih anggota Baru.
3.
Asumsi-asumsi dasar (basic assumptions)
Merupakan
asumsi-asumsi dasar yang telah ada sebelumnya (taken for granted) dan menjadi
panduan perilaku bagi anggota organisasi dalam memandang suatu permasalahan.
Jika asumsi dasar dipegang teguh, maka anggota organisasi akan merumuskan
perilaku berdasarkan pada kesepakatan-kesepakatan yang berlaku. Asumsi-asumsi
dasar cenderung untuk tidak dipertentangkan atau diperdebatkan dan cenderung
sangat sulit diubah.
FUNGSI BUDAYA
ORGANISASI :
Menurut Robbins (1996
: 294), fungsi budaya organisasi sebagai berikut :
a.
Budaya menciptakan pembedaan yang
jelas antara satu organisasi dan yang lain.
b.
Budaya membawa suatu rasa identitas
bagi anggota-anggota organisasi.
c.
Budaya mempermudah timbulnya komitmen
pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan diri individual seseorang.
d.
Budaya merupakan perekat sosial yang
membantu mempersatukan organisasi itu dengan memberikan standar-standar yang
tepat untuk dilakukan oleh karyawan.
e.
Budaya sebagai mekanisme pembuat makna
dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan.
B.
TIPOLOGI BUDAYA ORGANISASI
Pengertian Tipologi
merupakan suatu pengelompokan bahasa berdasarkan ciri khas tata kata dan tata
kalimatnya (Mallinson dan Blake,1981:1-3).
Tipologi budaya organisasi bertujuan untuk menunjukkan aneka budaya organisasi yang mungkin ada di realitas, Tipologi budaya organisasi dapat diturunkan dari tipologi organisasi misalnya dengan membagi tipe organisasi dengan membuat tabulasi silang antara jenis kekuasaan dengan jenis keterlibatan individu di dalam organisasi.
Jenis kekuasaan dan keterlibatan individu dalam organisasi dibagi menjadi :
1. Koersif
Tipologi budaya organisasi bertujuan untuk menunjukkan aneka budaya organisasi yang mungkin ada di realitas, Tipologi budaya organisasi dapat diturunkan dari tipologi organisasi misalnya dengan membagi tipe organisasi dengan membuat tabulasi silang antara jenis kekuasaan dengan jenis keterlibatan individu di dalam organisasi.
Jenis kekuasaan dan keterlibatan individu dalam organisasi dibagi menjadi :
1. Koersif
2. Remuneratif
3. Normatif
• Organisasi Koersif adalah organisasi di mana para anggota organisasi harus mematuhi apapun peraturan yang diberlakukan.
• Organisasi Utilitarian adalah organisasi di mana para anggota diperlakukan secara adil dalam pekerjaan dan hasil sesuai dengan standart atau ketentuan yang yang disepakati bersama oleh anggota organisasi
• Organisasi Normatif adalah organisasi di mana para anggota organisasinya memberikan kontribusi tinggi pada komitmen karena menganggap organisasi adalah sama dengan tujuan diri mereka sendiri.
C.
KREATIFITAS INDIVIDU DAN TEAM PROSES
INOVASI
Inisiatif individual
adalah seberapa jauh inisiatif seseorang dikehendaki dalam perusahaan. Hal ini
meliputi tanggung jawab, kebebasan dan independensi dari masing-masing anggota
organisasi, dalam artian seberapa besar seseorang diberi wewenang dalam melaksanakan
tugasnya, seberapa berat tanggung jawab yang harus dipikul sesuai dengan
kewenangannya dan seberapa luas kebebasan mengambil keputusan.
Toleransi terhadap
risiko, menggambarkan seberapa jauh sumber daya manusia didorong untuk lebih
agresif, inovatif dan mau menghadapi risiko dalam pekerjaannya. Pengarahan, hal
ini berkenaan dengan kejelasan sebuah organisasi dalam menentukan objek dan
harapan terhadap sumber daya manusia terhadap hasil kerjanya. Harapan tersebut
dapat dituangkan dalam bentuk kuantitas, kualitas dan waktu.
Integrasi adalah
seberapa jauh keterkaitan dan kerja sama yang ditekankan dalam melaksanakan
tugas dari masing-masing unit di dalam suatu organisasi dengan koordinasi yang
baik. Dukungan manajemen, dalam hal ini seberapa jauh para manajer memberikan
komunikasi yang jelas, bantuan, dan dukungan terhadap bawahannya dalam
melaksanakan tugasnya.
Pengawasan, meliputi
peraturan-peraturan dan supervisi langsung yang digunakan untuk melihat secara
keseluruhan dari perilaku karyawan. Identitas, menggambarkan pemahaman anggota
organisasi yang loyal kepada organisasi secara penuh dan seberapa jauh
loyalitas karyawan tersebut terhadap organisasi.
Sistem penghargaan
pun akan dilihat dalam budaya organisasi, dalam arti pengalokasian “reward”
(kenaikan gaji, promosi) berdasarkan kriteria hasil kerja karyawan yang telah
ditentukan. Toleransi terhadap konflik, menggambarkan sejauhmana usaha untuk
mendorong karyawan agar bersikap kritis terhadap konflik yang terjadi.
Karakteristik yang terakhir adalah pola komunikasi, yang terbatas pada hierarki
formal dari setiap perusahaan.
Kreativitas dengan
inovasi itu berbeda. Kreativitas merupakan pikiran untuk menciptakan
sesuatu yang baru, sedangkan inovasi adalah melakukan
sesuatu yang baru. Hubungan keduanya jelas. Inovasi merupakan
aplikasi praktis dari kreativitas. Dengan kata lain, kreativitas bisa
merupakan variabel bebas, sedangkan inovasi adalah variabel tak bebas. Dalam
praktek bisnis sehari-hari, ada perencanaan yang meliputi strategi,
taktik, dan eksekusi. Dalam pitching konsultansi atau agency,
sering terdengar keluhan bahwa secara konseptual apa yang disodorkan
agency bagus, tetapi strategi itu tak berdampak pada
perusahaan karena mandek di tingkat eksekusi.
Mengapa? Sebab, strategi bisa ditentukan oleh seseorang, tetapi
eksekusinya harus melibatkan banyak orang, mulai
dari atasan hingga bawahan. Di sinilah mulai ada gesekan
antarkaryawan, beda persepsi hingga ke sikap penentangan.
Itu sebabnya, tak ada
perusahaan yang mampu berinovasi secara konsisten tanpa
dukungan karyawan yang bisa memenuhi tuntutan persaingan. Hasil
pengamatan kami menunjukkan, perusahaan-perusahaan inovator sangat
memperhatikan masalah pelatihan karyawan, pemberdayaan, dan juga
sistem reward untuk meng-create daya pegas inovasi. Benih-benih inovasi
akan tumbuh baik pada perusahaan-perusahaan yang selalu
menstimulasi karyawan, dan mendorong ke arah ide-ide bagus. Melalui
program pelatihan, sistem reward, dan komunikasi, perusahaan terus berusaha
untuk mendemokratisasikan inovasi.
REFERENSI :
LINK POWER POINT:
https://www.dropbox.com/s/s97iu7iclbavdwn/Budaya%2C%20kreativitas%20dan%20inovasi.ppt?dl=0
blog lu ancur2an bener :D ora rapi
BalasHapus