3. SOSIAL DAN KEBUDAYAAN DI BALI
Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta berarti
“Kekuatan”, dan “Bali” berarti “Pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak
melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban.
Bali
mempunyai 2 pahlawan nasional yang sangat berperan dalam mempertahankan
daerahnya yaitu I Gusti Ngurah Rai dan I Gusti Ketut Jelantik.
Dari banyaknya
pulau-pulau yang tersebar di kepulauan Indonesia, Bali merupakan pulau yang
paling terkenal di dunia. Pulau yang terletak di sebelah Selatan garis
khatulistiwa ini memiliki luas wilayah sekitar: panjang 80 km dan lebar 150 km
yang menyerupai bentuk ikan. Peradaban mencatat bahwa Bali memiliki mikrokosmos
yang luar biasa tentang sejarah, legenda, kesusasteraan, seni, alam, dan
manusia itu sendiri.
Bali merupakan rantai
terakhir dari jajaran pulau-pulau tropis yang subur di Indonesia. Di sebelah
Timur pulau Bali, sepanjang selat Lombok yang memisahkan Bali dengan pulau
Lombok, terlihat garis perbedaan antara flora dan fauna dari ras sub-tropis
berganti menjadi beragam flora dan fauna dari ras Australasia.Pada abad ke-15
M, ketika kerajaan Majapahit dikalahkan oleh kerajaan Mataram yang bercorak
Islam, ratusan orang Jawa-Hindu dari berbagai kelompok; bangsawan, rohaniawan,
seniman, cendekiawan dan rakyat biasa yang notabene orang-orang setia Majapahit
mengungsi ke pulau Bali.
Hal yang menonjol di
Bali adalah visi keyakinan yang menginspirasi setiap jiwa yang hidup di Bali
untuk memanfaatkan alam dengan bijak; kreatifitas manusianya dalam berbagai
bidang seperti: teknik mematung, tarian, arsitektur, musik dan berbagai
ekspresi kesenian lainnya.
Kehidupan Sosial Beserta Unsur Unsur
Budaya di BALI

Ø Ritual upacara menjelangTahun
Baru Saka
Tatanan sosial di Bali
dibangun atas pembagian strata sosial yang dibagi ke dalam:
1. Brahma, merupakan strata tertinggi
yang diisi oleh para rohaniawan.
2. Ksatria, merupakan strata yang diisi
oleh para bangsawan dan pejabat kerajaan
3. Waisya, merupakan strata yang diisi
oleh para prajurit dan pedagang
4. Sudra, strata untuk masyarakat
biasa.
Meski bergelut dengan hantaman arus globalisasi yang dibawa bersamaan
dengan para turis dan pedagang asing, serta derasnya informasi dan teknologi
yang masuk, kebudayaan khas yang telah lama mengakar tetap kokoh sebagai ciri
khas mereka.
Nama masing-masing
individu dapat dilihat sebagai penunjuk strata sosial sekaligus eksistensi
budaya yang ada di Bali, misal: Ida Bagus atau Ida Ayu merupakan nama yang
dipakai oleh para Brahmana. Anak Agung Cokorda atau Dewa merupakan nama yang
digunakan oleh para Ksatria. I Gusti merupakan nama yang digunakan bagi para
Waisya, dan Wayan, Made, Nyoman, Ketut digunakan oleh para Sudra.
·
Upacara Kelahiran (Jatakarma Samskara)
Berbagai upacara
dimulai sejak hari sebelum kelahiran. Misalnya, terdapat serangkaian
larangan bagi ibu yang sedang hamil, yakni: tidak boleh makan makanan yang
berdarah segar, hukumnya tidak boleh seperti ketika seorang wanita yang sedang
menstruasi memasuki kuil; ibu yang sedang hamil tidak diperbolehkan untuk
memakan daging kerbau atau babi; tidak boleh melihat orang yang terluka atau
darah apalagi melihat orang yang meninggal; dan harus diam di rumah dengan
upacara penyucian yang memungkinkan kelahirannya berjalan normal.
Bapak dari sang bayi
diharapkan untuk hadir pada saat hari kelahiran sang bayi dan menemani sang
istri. Ketika sang bayi lahir, sang bapak harus memotong ari-ari dengan
menggunakan pisau bambu, lalu dimasukkan ke dalam kantung, dan kemudian
dilingkarkan di leher sang bayi di kemudian hari.
Pada hari ke 21
setelah kelahiran sang bayi, menurut kalender Bali, sang bayi akan dipakaikan
pakaian, seperti; gelang dari emas atau perak sesuai dengan sistem sosial yang
ada. Ukuran kedewasaan bagi wanita ditentukan dari waktu pertama kali mengalami
menstruasi dan kesiapan untuk menikah.
Upacara kelahiran dan
pubertas hanya merupakan pembuka dari serangkaian upacara dan perayaan yang
menemani perjalanan setiap kegiatan keseharian masyarakat Bali, dari makan
sampai menjelang tidur, dari berjalan sampai dengan bertutur kata.
·
Upacara Potong Gigi (Mepandes)
Di antara upacara
transisi yang dijalankan oleh masyarakat Bali yaitu upacara potong gigi atau
disebut juga mepandes, yaitu mengikis gigi bagian atas yang
berbentuk taring. Tujuan upacara ini adalah untuk mengurangi sifat buruk (sad
ripu). Upacara potong gigi dilaksanakan oleh Pandita/Pinandita dan dibantu
oleh seorang sangging (sebagai pelaksana langsung).
·
Upacara Perkawinan (Pawiwahan)
Upacara transisi
penting lainnya adalah pernikahan yang dalam bahasa Bali disebut Pawiwahan. Pawiwahanmerupakan
upacara persaksian ke hadapan Sang Hyang Widi dan kepada masyarakat bahwa kedua
orang yang bersangkutan telah mengikatkan diri sebagai suami-istri.
Adapun
persiapan-persiapan yang perlu disiapkan untuk upacara adalah sebagai berikut:
Sarana
· Segehan
cacahan warna lima.
· Api takep (api
yang dibuat dari serabut kelapa).
· Tetabuhan (air
tawar, tuak, arak).
· Padengan-dengan/
pekala-kalaan.
· Pejati.
· Tikar dadakan
(tikar kecil yang dibuat dari pandan).
· Pikulan
(terdiri dari cangkul, tebu, cabang kayu dadap yang ujungnya diberi periuk,
bakul yang berisi uang).
· Bakul.
· Pepegatan
terdiri dari dua buah cabang dadap yang dihubungkan dengan benang putih
Waktu: Biasanya dipilih hari yang baik,
sesuai dengan persyaratannya (ala-ayuning dewasa).
Tempat: Dapat dilakukan di rumah mempelai
Iaki-laki atau wanita sesuai dengan hukum adat setempat (desa, kala,
patra).
Pelaksana: Dipimpin oleh seorang Pendeta / Pinandita
/ Wasi / Pemangku.
Tata cara:
· Sebelum upacara natab
banten pedengan-dengan, terlebih dahulu mempelai mabhyakala dan maprayascita.
· Kemudian
mempelai mengelilingi sanggah Kamulan dan sanggah
Pesaksi sebanyak tiga kali serta dilanjutkan dengan jual beli antara
mempelai Iaki-laki dengan mempelai wanita, disertai pula dengan perobekan tikar
dadakan oleh mempelai Iaki-laki.
· Sebagai acara
terakhir dilakukan mejaya-jaya dan diakhiri dengan natab
banten dapetan.
·
Upacara Kematian (Ngaben)

Upacara kematian yang
dilakukan dengan cara kremasi merupakan upacara yang spektakuler dan dramatis
karena merupakan rangkaian akhir dari roda kehidupan manusia di bumi. Menurut
ajaran Hindu, roh bersifatimmortal (abadi) dan setelah bersemayam
dalam jasad manusia, akan bereinkarnasi, tapi sebelum bereinkarnasi, roh akan
melewati sebuah fase di nirwana dan akan disucikan; dan sesuai dengan catatan
kehidupan seseorang di bumi (karma) maka roh akan dikirim ke
kasta rendah atau tinggi, dan kremasi merupakan proses penyucian roh dari
dosa-dosa yang telah lalu.
Secara filosofis, di
Bali ada beberapa sarana utama yang dipakai dalam upacara kematian (ngaben), sesuai
naskah Yama Purwwa Tattwa, di antaranya; pisang jati sebagai warna, asep sebagai
mata, nasi angkeb sebagai mulut,bubur pirata sebagai
suara, dukut lepas sebagai dubur,cawan sebagai
dahi, daun kayu sugih sebagai hidung, kusasebagai
bulu mata, jawa sebagai alis, pili-pili sebagai
ulu hati, panjang ilang sebagai lidah, ending sebagai
bibir, don rotan sebagai punggung, asep sebagai gusi, pengawak sebagai
tulang belakang, tebu sebagai lengan, cendana sebagai tulang kelingking,
rempah-rempah sebagai inti atau sebagai atma. Panyugjug sebagai
jalan, panyugjug mameri sebagai penuntun yang paling depan,
baju (wastra) sebagai kulit, kain wangsul sebagai
telapak kaki, topi sebagai lutut, ganjang/ganjaran berisi uang
sebagai tulang lutut, sangku sebagai kantung kemih, kipas
sebagai nafas, kotak sebagal daging, tiga sampir sebagai urat,
dan gagadhing, emba-embanan sebagai kepala.
Oleh karena itu,
masyarakat Bali tidak menganggap kematian sebagai akhir dari segala-galanya
namun merupakan sebuah fase kehidupan baru. Oleh karenanya sering mengucapkan
pesan seperti yang tercantum dalam Bhagavadgita yaitu, “the end of
birth is death, the end of death is birth” yang berarti akhir dari
keidupan adalah kematian dan awal dari kematian adalah kehidupan.
Ø
Kesenian

Musik, Tarian, dan
Patung merupakan tiga bidang kesenian yang menjadi pusat konsentrasi eksplorasi
kreatifitas seni masyarakat di Bali.
·
Musik
Dalam hal seni musik,
suara gamelan hampir berdengung di seantero tanah Bali; di pura, alun-alun,
istana, dsb. Alat musik tersebut ditemani oleh kelengkapan instrumen musik
lainnya seperti: gong, ceng-ceng, saron, gambang, dll. Komposisi instrumen
tersebut dapat berubah sesuai dengan wilayah dan peruntukan pertunjukkan yang
digelar.
·
Tarian
Selain seni musik,
tarian-tarian khas Bali merupakan pertunjukkan seni yang menarik perhatian.
Terdapat berbagai jenis tarian dengan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan
peruntukannya semisal: untuk upacara keagamaan, pertunjukkan drama atau
musikal, upacara peperangan, dan masih banyak lagi.
Di antara tarian
tersebut yang paling terkenal adalah tari Legong Keraton. Kata Legong berasal
dari kata “leg” yang artinya luwes atau elastis dan kemudian
diartikan sebagai gerakan lemah gemulai (tari). Selanjutnya kata tersebut
dikombinasikan dengan kata “gong” yang artinya gamelan,
sehingga menjadi “Legong” yang mengandung arti gerakan yang
sangat terikat (terutama aksentuasinya) oleh gamelan yang mengiringinya.
Adakalanya tarian ini dibawakan oleh dua orang gadis atau lebih dengan
menampilkan tokoh Condong sebagai pembukaan dimulainya tari Legong ini, tetapi
ada kalanya pula tari Legong ini dibawakan satu atau dua pasang penari tanpa
menampilkan tokoh Condong lebih dahulu. Ciri khas tari Legong ini adalah
pemakaian kipas para penarinya kecuali Condong.
Bukan hanya keindahan alamnya saja yang menarik dari Bali, namun
keagungan tradisi masyarakatnya juga banyak menarik bahkan banyak dikaji oleh
orang-orang diluar Bali. Sebagaimana diketahui Bali memang kaya akan berbagai
kesenian tradisional, pakaian adat, bahasa, dan tradisi keagamaan yang mewarnai
realitas kehidupan masyarakat Bali. Ialah Tari Barong dan Tari Kecak yang menjadi
salah satu tarian tradisional khas Bali yang sudah terkenal kemana-mana.
Apa menariknya dari kedua tarian ini? Kedua tarian ini bisa
dikata sebagai ikon kesenian tradisional Bali yang diangkat ke level nasional
bahkan internasional. Seringkali kedua tarian ini dijadikan sebagai media
promosi efektif paket-paket wisata di Bali oleh berbagai agen dan biro
perjalanan wisata. Bahkan hampir seluruh agen maupun biro perjalanan wisata ke
Bali selalu mengajak tamunya untuk menyaksikan Tari Barong dan Tari Kecak ini.
Pada umumnya, kedua tarian ini diadakan oleh sebuah kelompok
(Sakeha) seni tari tradisional yang ada di setia-setiap desa di Bali. Seperti
di Desa Batubulan misalnya, terdapat beberapa Sakeha yang memiliki jenis tarian
yang sama dengan Sekeha lainnya. Perbedaan diantara kelompok-kelompok itu ada
pada bentuk pelayanan dan tempat pertunjukkannya saja. Pada setiap pertunjukkan
di Batubulan, biasanya tarian pertama yang digelar adalah Tarian Barong yang
digabung dengan Tari Keris sehingga keduanya dikenal dengan Tari Barong dan
Tari Keris.
Tari Barong
Tari Barong mengambarkan pertarungan yang sengit antara kebaikan
melawan kejahatan. Barong vs Rangda ialah dua eksponen yang saling kontradiktif
satu dengan yang lainnya. Barong dilambangkan dengan kebaikan, dan lawannya
Rangda ialah manifestasi dari kejahatan. Tari Barong biasanya diperankan oleh
dua penari yang memakai topeng mirip harimau sama halnya dengan kebudayaan
Barongsai dalam kebudayaan China. Sedangkan Rangda berupa topeng yang berwajah
menyeramkan dengan dua gigi taring runcing di mulutnya.
Tari Kecak
Tari Kecak pertama kali diciptakan pada tahun 1930 yang
dimainkan oleh laki-laki. Tari ini biasanya diperankan oleh banyak pemain
laki-laki yang posisinya duduk berbaris membentuk sebuah lingkaran dengan
diiringi oleh irama tertentu yang menyeruakan “cak” secara berulang-ulang, sambil mengangkat
kedua tangannya. Tari Kecak ini menggambarkan kisah Ramayana di mana saat
barisan kera membantu Rama melawan Rahwana.
Ø
Keyakinan
Keyakinan masyarakat
Bali atau Hindu Bali merupakan fenomena kompleks yang dibangun dari berbagai
aspek; Hindu Siwa dan Budha serta berpadu dengan tradisi
leluhur dan alam.
Dalam beberapa upacara adat dan ritual keagamaan terdapat perbedaan dari satu
wilayah dengan wilayah lain.
Dalam keyakinan
masyarakat Bali, gunung Mahameru/ Meru mempunyai kedudukan yang istimewa di
hati mereka. Mahameru menggambarkan titik penting atau sebagai Rama (Bapak)
dari kehidupan; darisanalah para Dewa mengatur kehidupan. Di pulau Bali,
gunung sebagai kosmos merupakan sesuatu yang dominan dalam keyakinan dan
arsitektur. Bagian penting dari ritual keagamaan dalam masyarakat Bali adalah
upacara yang dilakukan di gunung tertinggi di Bali yaitu gunung Agung yang
dianggap sebagai ‘puser bumi’, dimana di kaki gunung Agung tersebut terdapat
Pura Besakih.
Di Pura Besakih,
selain perayaan dan upacara tahunan yang diatur oleh kalender keagamaan, ada
juga upacara besar untuk penyucian alam semesta yang disebut Eka Dasa Rudra,
yang digelar setiap 100 tahun sekali.
·
Masyarakat
Bali Aga
Di abad 20 yang lalu
tepatnya di tahun 1963, gunung Agung meletus setelah bangun dari tidur selama
beberaba abad dan merenggut kurang lebih 1200 orang serta menghancurkan banyak
desa.
Masyarakat Bali
melihat tragedi tersebut sebagai sebuah simbol kemarahan dari para Dewa dan
oleh karenanya upacara tersebut kembali digelar pada tahun 1979 atau 1900
berdasarkan perhitungan Saka.
Simbolisasi dari
kosmologi gunungan dapat dilihat pada struktur arsitektur Candi Bentar atau
karakteristik gerbang yang membentuk sebuah menara yang berlekuk menyerupai dua
bagian piramida yang terpisah menjadi dua, yang menggambarkan dua bagian gunung
keramat, satu bagian gunung Agung dan satu bagian gunung Batur. Simbol umum
lainnya adalah meru; ratusan pagoda yang berdiri di tempat-tempat suci, dan di
pelataran candi dibangun pada lapisan batu yang memiliki serangkaian bentuk
atap yang menyerupai piramida yang ditutup oleh daun palem hitam dengan jumlah
sebelas (jumlah yang ditetapkan berdasarkan keyakinan Hindu terkait dengan
tatanan alam semesta).
Keyakinan, upacara,
dan perayaan keagamaan membimbing kehidupan masyarakat Bali sejak dilahirkan
dan membentuk paduan dalam kehidupan berkeluarga dan sosial. Peraturan agama
menentukan tata ruang desa, bentuk candi, struktur rumah, dan sederet hak dan
tanggung jawab di desa. Dalam pandangan kalender keagamaan, hari libur,
perayaan dan sistem ditetapkan.
Ø
BAHASA
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
Ø TEKNOLOGI
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa
Masyarakat Bali telah mengenal dan berkembang system pengairan yaitu system subak yang mengatur pengairan dan penanaman di sawah-sawah. Dan mereka juga sudah mengenal arsitektur yang mengatur tata letak ruangan dan bangunan yang menyerupai bangunan Feng Shui. Arsitektur merupakan ungkapan perlambang komunikatif dan edukatif. Bali juga memiliki senjata tradisional yaitu salah satunya keris. Selain untuk membela diri, menurut kepercayaan bila keris pusaka direndam dalam air putih dapat menyembuhkan orang yang terkena gigitan binatang berbisa
Ø
ORGANISASI
SOSIAL
a). Perkawinan
Rangkaian tahapan pernikahan adat Bali adalah sebagai berikut:
a). Perkawinan
Rangkaian tahapan pernikahan adat Bali adalah sebagai berikut:
·
Upacara Ngekeb
Acara ini bertujuan untuk
mempersiapkan calon pengantin wanita dari kehidupan remaja menjadi seorang
istri dan ibu rumah tangga memohon doa restu kepada Tuhan Yang Maha Esa agar
bersedia menurunkan kebahagiaan kepada pasangan ini serta nantinya mereka
diberikan anugerah berupa keturunan yang baik.
Setelah itu pada sore harinya,
seluruh tubuh calon pengantin wanita diberi luluran yang terbuat dari daun
merak, kunyit, bunga kenanga, dan beras yang telah dihaluskan. Dipekarangan
rumah juga disediakan wadah berisi air bunga untuk keperluan mandi calon
pengantin. Selain itu air merang pun tersedia untuk keramas.
Sesudah acara mandi dan keramas
selesai, pernikahan adat bali akan dilanjutkan dengan upacara di dalam kamar
pengantin. Sebelumnya dalam kamar itu telah disediakan sesajen. Setelah masuk
dalam kamar biasanya calon pengantin wanita tidak diperbolehkan lagi keluar
dari kamar sampai calon suaminya datang menjemput. Pada saat acara penjemputan
dilakukan, pengantin wanita seluruh tubuhnya mulai dari ujung kaki sampai
kepalanya akan ditutupi dengan selembar kain kuning tipis. Hal ini sebagai
perlambang bahwa pengantin wanita telah bersedia mengubur masa lalunya sebagai
remaja dan kini telah siap menjalani kehidupan baru bersama pasangan hidupnya.
·
Mungkah Lawang ( Buka Pintu )
Seorang utusan Mungkah Lawang
bertugas mengetuk pintu kamar tempat pengantin wanita berada sebanyak tiga kali
sambil diiringi oleh seorang Malat yang menyanyikan tembang Bali. Isi tembang
tersebut adalah pesan yang mengatakan jika pengantin pria telah datang
menjemput pengantin wanita dan memohon agar segera dibukakan pintu.
Upacara Mesegehagung
Sesampainya kedua pengantin di
pekarangan rumah pengantin pria, keduanya turun dari tandu untuk bersiap
melakukan upacara Mesegehagung yang tak lain bermakna sebagai ungkapan selamat
datang kepada pengantin wanita. kemudian keduanya ditandu lagi menuju kamar
pengantin. Ibu dari pengantin pria akan memasuki kamar tersebut dan mengatakan
kepada pengantin wanita bahwa kain kuning yang menutupi tubuhnya akan segera
dibuka untuk ditukarkan dengan uang kepeng satakan yang ditusuk dengan tali
benang Bali dan biasanya berjumlah dua ratus kepeng
·
Madengen–dengen
Upacara ini bertujuan untuk
membersihkan diri atau mensucikan kedua pengantin dari energi negatif dalam
diri keduanya. Upacara dipimpin oleh seorang pemangku adat atau Balian
·
Mewidhi Widana
Dengan memakai baju kebesaran
pengantin, mereka melaksanakan upacara Mewidhi Widana yang dipimpin oleh
seorang Sulingguh atau Ida Peranda. Acara ini merupakan penyempurnaan
pernikahan adat bali untuk meningkatkan pembersihan diri pengantin yang telah
dilakukan pada acara – acara sebelumnya. Selanjutnya, keduanya menuju merajan
yaitu tempat pemujaan untuk berdoa mohon izin dan restu Yang Kuasa. Acara ini
dipimpin oleh seorang pemangku merajan
·
Mejauman Ngabe Tipat Bantal
Beberapa hari setelah pengantin
resmi menjadi pasangan suami istri, maka pada hari yang telah disepakati kedua
belah keluarga akan ikut mengantarkan kedua pengantin pulang ke rumah orang tua
pengantin wanita untuk melakukan upacara Mejamuan. Acara ini dilakukan untuk
memohon pamit kepada kedua orang tua serta sanak keluarga pengantin wanita,
terutama kepada para leluhur, bahwa mulai saat itu pengantin wanita telah sah
menjadi bagian dalam keluarga besar suaminya. Untuk upacara pamitan ini
keluarga pengantin pria akan membawa sejumlah barang bawaan yang berisi
berbagai panganan kue khas Bali seperti kue bantal, apem, alem, cerorot,
kuskus, nagasari, kekupa, beras, gula, kopi, the, sirih pinang, bermacam
buah–buahan serta lauk pauk khas bali.
b).
Kekerabatan
Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.
Adat menetap diBali sesudah menikah mempengaruhi pergaulan kekerabatan dalam suatu masyarakat. Ada macam 2 adat menetap yang sering berlaku diBali yaitu adat virilokal adalah adat yang membenarkan pengantin baru menetap disekitar pusat kediaman kaum kerabat suami,dan adat neolokal adalah adat yang menentukan pengantin baru tinggal sendiri ditempat kediaman yang baru. Di Bali ada 3 kelompok klen utama (triwangsa) yaitu: Brahmana sebagai pemimpin upacara, Ksatria yaitu : kelompok-klompok khusus seperti arya Kepakisan dan Jaba yaitu sebagai pemimpin keagamaan.
c). Kemasyarakatan
Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.
Desa, suatu kesatuan hidup komunitas masyarakat bali mencakup pada 2 pengertian yaitu : desa adat dan desa dinas (administratif). Keduanya merupakan suatu kesatuan wilayah dalam hubungannya dengan keagamaan atau pun adat istiadat, sedangkan desa dinas adalah kesatuan admistratif. Kegiatan desa adat terpusat pada bidang upacara adat dan keagamaan, sedangkan desa dinas terpusat pada bidang administrasi, pemerintahan dan pembangunan.
Ø MATA PENCAHARIAN
Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.
Pada umumnya masyarakat bali bermata pencaharian mayoritas bercocok tanam, pada dataran yang curah hujannya yang cukup baik, pertenakan terutama sapi dan babi sebagai usaha penting dalam masyarakat pedesaan di Bali, baik perikanan darat maupun laut yang merupakan mata pecaharian sambilan, kerajinan meliputi kerajinan pembuatan benda anyaman, patung, kain, ukir-ukiran, percetakaan, pabrik kopi, pabrik rokok, dll. Usaha dalam bidang ini untuk memberikan lapangan pekerjaan pada penduduk. Karena banyak wisatawan yang mengunjungi bali maka timbullah usaha perhotelan, travel, toko kerajinan tangan.
Ø RELIGI
Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India.Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.
sumber :
http://www.wacananusantara.org/mengenal-budaya-bali-lebih-dekat/
Agama yang di anut oleh sebagian orang Bali adalah agama Hindu sekitar 95%, dari jumlah penduduk Bali, sedangkan sisanya 5% adalah penganut agama Islam, Kristen, Katholik, Budha, dan Kong Hu Cu. Tujuan hidup ajaran Hindu adalah untuk mencapai keseimbangan dan kedamaian hidup lahir dan batin.orang Hindu percaya adanya 1 Tuhan dalam bentuk konsep Trimurti, yaitu wujud Brahmana (sang pencipta), wujud Wisnu (sang pelindung dan pemelihara), serta wujud Siwa (sang perusak). Tempat beribadah dibali disebut pura. Tempat-tempat pemujaan leluhur disebut sangga. Kitab suci agama Hindu adalah weda yang berasal dari India.Orang yang meninggal dunia pada orang Hindu diadakan upacara Ngaben yang dianggap sanggat penting untuk membebaskan arwah orang yang telah meninggal dunia dari ikatan-ikatan duniawinya menuju surga. Ngaben itu sendiri adalah upacara pembakaran mayat. Hari raya umat agama hindu adalah Nyepi yang pelaksanaannya pada perayaan tahun baru saka pada tanggal 1 dari bulan 10 (kedasa), selain itu ada juga hari raya galungan, kuningan, saras wati, tumpek landep, tumpek uduh, dan siwa ratri.Pedoman dalam ajaran agama Hindu yakni : (1).tattwa (filsafat agama), (2). Etika (susila), (3).Upacara (yadnya). Dibali ada 5 macam upacara (panca yadnya), yaitu (1). Manusia Yadnya yaitu upacara masa kehamilan sampai masa dewasa. (2). Pitra Yadnya yaitu upacara yang ditujukan kepada roh-roh leluhur. (3).Dewa Yadnya yaitu upacara yang diadakan di pura / kuil keluarga.(4).Rsi yadnya yaituupacara dalam rangka pelantikan seorang pendeta. (5). Bhuta yadnya yaitu upacara untuk roh-roh halus disekitar manusia yang mengganggu manusia.
sumber :
http://www.wacananusantara.org/mengenal-budaya-bali-lebih-dekat/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar